Slide

Slide

Jumat, 07 April 2017

GUNUNG BATU

GUNUNG BATU, JONGGOL, BOGOR.

Perjalanan kali ini, menceritakan pengalaman yang berada di Gunung Batu Jonggol, yang

mempunyai ketinggan 875mdpl atau hanya sekitar 200m dari titik awal pendakian. Jangan

remehkan gunung batu yang ketinggiannya tidak sebanding dengan gunung-gunung lainnya,

tetapi gunung ini merupakkan perjalanan yang cukup extreme untuk menanjak sampai pada

puncaknya.



Bagi sebagian orang, nama gunung Batu mungkin sudah tak asing lagi di telinga, terutama bagi

teman-teman pendaki dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Karena lokasinya memang tidak

terlalu jauh untuk ditempuh dari ibu kota.


Dengan ketinggian yang tidak lebih dari 1.000 mdpl, Gunung Batu ini menjadi salah satu

alternative pendakian apalagi untuk para pemula. Gunung ini sangat cocok karena memiliki jalur

yang tidak terlalu membutuhkan banyak waktu untuk bisa mencapai puncaknya.


Perjalanan ke Gunung Batu ini bertujuan untuk membuat tugas kampus, kita melakukan

perjalanan dengan jumlah 6 orang. Hal ini kita ambil agar apa yang akan dikerjakan dapat

mendapatkan hasil yang maksimal..


Kami memulai perjalanan dari Meruya Jakarta Barat dengan memakan waktu 2,5-3jam

menggunakan kendaraan roda empat/mobil. Cuaca yang mendung membuat kami khawatir

akan perjalanan kami. Perjalanan yang cukup lama dan melewati jalan berliku-liku membuat

kami lebih excited untuk tiba disana. Akhirnya sampai juga di titik awal pendakian Gunung Batu

Jonggol, Sesampainya di tempat parkir mobil, kami langsung menyiapkan barang-barang

seperti tas gunung, minuman, kopi, kompor, matras, kamera, dll, untuk dibawah pada saat

mendaki. Setelah menyiapkan barang-barang yang akan dibawah, kami harus membayar karcis

masuk kawasan wisata berupa parkir mobil Rp. 5.000, dan karcis pendakian Rp. 15.000. Jadi,

dari tempat parkir, kita harus jalan dulu lumayan agak jauh buat sampai lokasi bayar tiket

pendakian., kami semua excited dengan melihat gunung batu yang sudah ada didepan mata.

Kami pun melakukan perjalanan dengan cuaca yang mendung dan hujan yang gerimis.

Perjalanan yang dimulai dari parkiran membuat kami ingin cepat-cepat untuk mendaki Gunung

Batu.


Kami ber-6 melakukan perjalanan sambil bernyanyi-nyanyi agar suasana lebih terasa

senang dan bahagia untuk mendaki gunung batu. Setelah itu kami sampailah di tempat

pembayaran karcis pendakian. Hujan pun turun dengan sangat deras, kami pun istirahat dulu

sambil menyantap gorengan dan minum kopi sambil menunggu hujannya redah.

Hujanpun mulai redah, kami ber-6 langsung bergegas untuk menanjaki gunung batu dengan

pijakan tanah dan situasi trek yang sangat licin. Kami cukup khawatir akan perjalanan ini, tetapi

kami harus berjalan dan tetap fokus agar bisa sampai pada puncaknya.


Belum setengah perjalanan, salah satu dari kami sempat jatuh karna tanjakan yang licin, tetapi kami

tetap

meneruskan dengan situasi yang cukup ekstrim walaupun masih hujan gerimis, dan sudah

mulai terasa capeknya berjalan mendaki gunung.


Kami pun tiba di tempat yang bisa menjadi tempat peristirahatan/pemberhentian, Akhirnya kami

istirahat sedikit untuk minum air mineral. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dengan tanah

yang rata, dan setelah itu kami menemukan tanjakan yang cukup tinggi yang menggunakan tali

agar dapat membantu pendakian kami, di tanjakan tersebut terlihat licin sekali, tetapi kamipun

tetap melanjutkan dengan penuh konsentrasi untuk memilih pijakan kaki.

Waktu terus berjalan, hujanpun redah, tetapi trek tersebut tetap licin, dan sebelah kanan dan

kirinya juram, Kami tetap berhati-hati dengan konstenrasi yang tinggi. Setelah melewati

tanjakan yang cukup ekstrim, kami akan dihadapkan satu puncak dengan trek bebatuan, jika

dilihat ujung bebatuan itu adalah puncak, namun setelah dilewati ternyata puncak tersebut

hanyalah puncak bayangan. Jalur bebatuan ini sangat curam hingga untuk mendakinya kita

dihimbau untuk lebih hati-hati dan tetap konsentrasi tinggi.



Kami terus melakukan perjalanan dengan semangat yang tinggi walaupun jujur sudah mulai

capek. Kami menemukan tanjakan lagi yang ekstrim sehingga harus benar-benar fokus pada

pijakan kaki dan juga pegangan tali yang harus sangatlah erat karena jalur pendakiannya cukup

memacu adrenalin, dan cukup membahayakan.


Kami tiba di tanjakan yang tinggi juga dengan bantuan tali, yang dimana tanjakan tersebut

merupakan akhir dari pendakian sebelum tiba di puncak. Kami pun semangat dan tetap berhati-

hati, karena tanjakan tersebut mempunyai banyak bebatuan,dan kami harus berkonstentrasi

tinggi, dengan secara bergantian untuk menaiki tanjakan tersebut.

Akhirnya kami ber-6 pun tiba di puncak Gunung Batu… Terlihat wajah-wajah yang senang dan

bahagia. Lepas dari trek pendakian yang sangat ekstrim. Pemandangan yang disuguhkan dari

atas sungguh bikin siapapun yang melihatnya bakal menghela nafas dalam-dalam saking

kerennya.


Pepohonan rimbun dibawah sana membuat hidup terasa nyaman. Kami pun

langsung mengambil gambar, membuka matras, serta membuat minuman hangat agar lebih

terasa santai setelah berada dipuncak Gunung Batu.





Kami enjoy bersama karena bisa sampai dengan hati yang sangat bahagia.


Senin, 02 Januari 2017

Universitas Mercu Buana

Universitas Mercu Buana merupakan universitas swasta di Jakarta, dengan lokasi kampus utama yang terletak di Meruya. Berikut ini video testimoni mengenai kampus Mercu Buana.



NIKE

NIKE

Siapa yang tidak tahu dengan sepatu Nike?.. Banyak orang yang menggunakan sepatu ini dengan berbagai jenis yang dikeluarkan oleh produk Nike. Sepatu yang saya gunakan ini adalah sepatu Nike Flyknit 2 Lunar womens. Saya memilih sepatu ini karena nyaman digunakan kemana saja, kapan saja, dimana saja, dan dalam aktivitas apapun itu. 

Berikut ini testimoni mengenai produk Nike melalui video yang bisa di klik disini.

                                         

Senin, 24 Oktober 2016

Konvergensi Media


Konvergensi media adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan. Konvergensi media biasanya merujuk pada perkembangan teknologi komunikasi digital yang dimungkinkan dengan adanya konvergensi jaringan.


  • EKONOMI
  • INFORMASI

  • SOSIAL

  • BUDAYA

  • POLITIK






Minggu, 25 September 2016

Pulau Paniki, Manado

Hi…

Cerita ku yang pertama ini, menceritakan pengalaman ku di Kota asal ku, yaitu Manado. Tujuan perjalanan kali ini adalah Pulau Paniki, yang lebih sering dikenal dengan nama Pulau Paniki Pasir Timbul. Pulau ini terletak di Desa Kulu Kecamatan Wori Selatan, Minahasa Utara, Manado.
 Pulau ini adalah pulau yang masih tersembunyi dan belum banyak di kenal oleh banyak orang.


Pulau Paniki Pasir Timbul
Rencana ini sebenarnya sudah lama ingin dilakukan, dan untuk menuju ketempat ini terbilang tidak mudah, karena tidak ada transportasi umum yang tersedia untuk menuju ke pulau ini. Akhirnya pada liburan aku kali ini, aku bersama beberapa teman menuju ke Desa Kulu untuk mencari tahu dan menyewa perahu kepada penduduk setempat. Untungnya salah satu temanku Agung sudah pernah menyewa dan kenal dengan salah satu penduduk di Desa tersebut.

Minggu, 7 Agustus 2016

Aku pergi bersama Maysi, Agung, dan Nathan menuju Desa Kulu dari area Bandara Samratulangi. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam menggunakan motor. Sesampainya disana kami menuju area dermaga, disitu teman ku langsung menuju rumah kedua dari pojok, tempat tinggal Ibu/Usi pemilik perahu yang pernah disewa sebelumnya. Ibu pun mengatakan lebih baik kita berkomunikasi juga dengan pengemudi perahunya, si bapak yang kebetulan tinggal di sebelah rumah ibu tersebut. Setelah komunikasi dengan keduanya akhirnya diputuskan untuk berangkat di tanggal 9 Agustus. Pak pengemudi juga menjelaskan tentang kondisi jalur penyebrangan yang tergantung pada pasang surut air laut. Penyebrangan harus dilakukan maksimal jam setengah 12 siang, karena setelahnya air akan surut dan perahu tidak bisa melintas. Akhirnya kami sepakat untuk berangkat sekitar jam 11 siang.

Selasa, 9 Agustus 2016

Hari petualangan pun tiba! Kami berangkat berenam (Aku, Maysi, Sharon, Landy, Agung, dan Billy) menuju Desa Kulu mengendarai mobil dan tiba di Desa Kulu sekitar jam setengah 11 siang. Kami pun langsung mengunjungi rumah ibu tersebut, tapi si Ibu ternyata sedang ada di kebun dan perahu belum dikeluarkan. Untungnya Pak pengemudi cukup gerak cepat, saat kami ganti baju dan bersiap,  Bapak tersebut sudah mengeluarkan perahu dan sudah siap untuk menyeberang. Sekitar jam 11 siang kami baru mulai menyeberang menuju Pulau Paniki. Kami cukup khawatir, karena waktunya cukup sempit menjelang air surut, untungnya masih dapat dilewati oleh perahu. Perahu yang kami naiki cukup sempit dan kecil, kapasitas perahu tersebut maksimal untuk 8 orang penumpang (1 orang per baris) dan 1 orang pengemudi perahu.

Dermaga untuk penyebrangan

melakukan penyebrangan dengan wajah-wajah yang excited
Perjalanan dari dermaga menuju Pulau Paniki  menempuh waktu sekitar 15-20 menit. Kondisi pasang surut air di area dermaga dan di area pulau berbeda. Sehingga pada saat kami sampai, ketinggian air di pulau masih setinggi 20 cm, sedikit diatas mata kaki orang dewasa. Sekitar 10-15 menit kemudian barulah air surut sempurna, sehingga pulau pasir pun mulai terlihat jelas. Di pulau masih terdapat pohon-pohon hijau yang berjejer, para pengunjung yang datang dapat membawa Hammock sendiri untuk digantung di antara pohon-pohon tersebut. Di situ juga terdapat kerangka bangunan setinggi 1-1,5 meter yang membentuk tangga dan alur-alur untuk para pengunjung duduk atau menaruh barang-barang agar mencegah basah apabila air pasang.

Kami pun mulai mengambil foto dan video di sekitar pulau tersebut. Sekitar di atas jam 12 siang, tiba-tiba Pak pengemudi yang tadinya ikut bersantai duduk diatas kerangka bangunan tersebut berteriak dari kejauhan kalau dia mau kembali ke dermaga, dan bertanya kami mau dijemput jam berapa. Ketika kami minta dijemput sekitar jam 3, si Bapak bilang tidak bisa jam segitu, karena air di area pulau sedang surut-surutnya, perahu tidak bisa mendekat dan menyarankan dijemput sekitar jam 6 sore.  Karena merasa jam 6 sore terlalu lama, akhirnya kami pulang sekitar jam setengah 2 siang saja, si Bapak tersebut kami minta untuk menunggu sebentar lagi tanpa perlu pulang dulu.


Santai dengan Hammock
Foto bersama teman-teman
Pulau ini benar-benar masih sangat jarang di kunjungi orang, sampai-sampai waktu itu hanya ada kami ber6 yang ada di pulau. Pulau seakan-akan milik kami berenam. Pasirnya begitu putih, bersih, tidak ada sampah sama sekali, airnya begitu jernih, sehingga dasar nya pun terlihat. Selain mengambil gambar, kami juga bermain air, sambil berenang. Waktu pun cepat berlalu, akhirnya sudah jam setengah 2 siang, saatnya kami kembali.

Waktunya balik ke dermaga
Diperjalanan pulang, perahu sempat mogok, mesinnya mati, kami pun cukup panik, karena situasi ada di tengah laut. Setelah beberapa kali mesin coba dihidupkan, akhirnya berhasil dan kami pun kembali melanjutkan perjalanan pulang ke dermaga. Sesampainya di dermaga kami pun mengucapkan terima kasih kepada Bapak pengemudi yang sudah menemani kami dan memberikan tip sebesar 50ribu. Kami pun kembali ke rumah Ibu si pemilik perahu dan membayarkan uang sewa perahu sebesar 200rb. Setelah mengucapkan terima kasih dan pamit, kami pun kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan pulang.

Perjalanan kali ini memang terbilang singkat, namun cukup berkesan. Kapan lagi kami bisa pergi ke pulau yang serasa milik sendiri karena tidak ada pengunjung lain sama sekali di pulau tersebut. Pemandangan dan pengalaman tersebut tidak akan pernah terlupakan. Biayanya pun tidak terbilang mahal apalagi dibagi berenam. Bagi kalian yang mau pergi ke pulau ini, disarankan untuk mengatur perjalanan beberapa hari sebelumnya dan datang ke Desa ini sebelum hari perjalanan, karena harus menyesuaikan jadwal si pemilik & pengemudi perahunya. Apalagi karena di Desa ini tidak ada signal sama sekali, jadi memang booking tidak dapat dilakukan melalui telpon.


Sekian cerita petualangan ku yang pertama, tidak ada petualangan yang tidak berkesan, walaupun singkat tapi semua dapat menjadi satu pengalaman baru yang tidak akan terlupakan, siapa tau ada kesempatan untuk datang lagi ke pulau ini.

See you again Pulau Paniki! Photo lebih lengkapnya bisa di cek di Gallery.